Berkreasi Lewat Crowdfunding Senin, 13 Juli 2015
Di samping ide kreatif, salah satu dukunga untuk mewujudkan sebuah film adalah pendanaan. Pada era digital seperti sekarang, mencari dana segar untuk membantu merealisasikan ide bisa makin gampang dilakukan. Salah satunya lewat jalan crowdfunding.
Pendanaan kolektif dari publik lewat internet ini bisa dilakukan lewat beberapa fasilitator online. Beberapa situs antara lain Kickstarter, Indiegogo, hingga GoFundMe, sukses mewujudkan mimpi dari sejumlah insan kreatif dari berbagai belahan dunia. Dari ranah nasional, situs KitaBisa dan Wujudkan juga berhasil memfasilitasi penggalangan dana bagi banyak pelaku industri kreatif tanah air.
Prinsip crowdfunding sederhana. Pemilik ide tinggal memaparkan proyek yang akan dilakukannya lengkap dengan target pendapatan dana. Biasanya pemilik ide juga menawarkan benefit khusus buat para donatur untuk setiap uang yang disumbangkan. Mirip seperti mengajukan proposal ke perusahaan, bedanya dalam metode crowdfunding masyarakat umumlah yang diminta partisipasinya.
Filmmaker yang telah wira-wiri di beberapa festifal film internasional, Tonny Trimarsanto,ikut bergerak menyelenggarakan crowdfunding untuk penggarapan film dokumenter terbarunya, Asu Gancet. Tonny sukses mengumpulkan donasi Rp. 10 juta dari target Rp. 9,5 juta lewat situs Wujudkan.
"Ini pertama kalinya saya terlibat crowdfunding. Selama ini saya bikin film pakai dana sendiri. Ternyata dalam waktu kurang dari dua bulan, saya sudah target," terang Tonny, saat dihubungi The Young.
Filmmaker yang berdomisili di Klaten ini mengungkapkan besaran donasi tersebut ia tetapkan 10% dari total biaya pembuatan filmnya. "Nggak semuanya saya dapat dari crowdfunding. Yang 90% saya usahakan mandiri dan berasal dari reward yang saya peroleh dari berbagai festifal film yang saya ikuti. Dana terkumpul digunakan untuk melanjutkan shooting film yang sudah 15% berjalan," jelasnya.
Dari 14 pewujud (penyumbang dana di Wujudkan) yang berkontribusi dalam filmnya, Tonny mengaku tidak mengenal semuanya.
Tnny menilai crowdfunding bisa dimanfaatkan filmmaker untuk menyokong proyek kreatifnya lewat jaringan yang lebih luas. "Ini bisa jadi cara untuk survive baru buat filmmaker. Tinggal pintar-pintar memanfaatkan jaringan yang ada," ujarnya.
Film Asu Gancet memotret perubahan sistem pertanian di Indonesia dari kacamata tiga nenek-nenek yang tinggal di desa Kadokan,Sukoharjo. Dulu pergantian musim tanam acapkali ditandai dengan permainan komposisi musik klasik berjudul Asu Gancet. Perubahan jaman yang diikuti laju kerusakan lingkungan yang kian masif membuat komposisi lawas ini kian jarang dimainkan.
Selain Tonny Trimarsanto, filmmaker lokal lain yang juga tergerak mengumpulkan dana lewat crowdfunding adalah Bani Nasution. Sineas muda ini mulai awal Juli lalu membuat film dokumenter kreatif yang berjudul Video Manten Setyowati. Pengumpulan dana donasi dilakukan lewat situs Wujudkan.
Produser film Video Manten Setyowati, Ika Wulandari, menuturkan keseluruhan biaya produksi filmnya mencapai Rp. 393.392.605. Dari total dana tersebut, ia membutuhkan dana segar mendesak senilai Rp. 20 juta untuk pengadaan alat dan produksi yang akan mulai digeber Agustus mendatang.
"Kami baru pertama kali ikut crowdfunding. Alasannya ada kebutuhan dana mendesak untuk produksi. Riset awal dari teman-teman sudah jalan," jelas Wulan saat ditemui di kawasan Kentingan, Jebres, Solo, Senin siang.
Selama enam hari proses pengumpulan dana kolektif berjalan, Wulan menjelaskan sudah ada satu penyumbang yang berkontribusi di proyek crowdfunding-nya. Meski belum mencapai target 100%, ia mengaku laman proyeknya telah dikunjungi 600 orang.
Film dokumenter kreatif Video Manten Setyowati menceritakan proses penyuntingan video perkawinan Peri Setyowati yang dianggap menentang dalam tradisi Islam.
Salah satu film Indonesia yang sukses dengan gerakan patungan ini adalah film drama besutan Mira Lesmana, Atambua 39 derajat Celcius. Lewat situs Wujudkan.com, Mira berhasil menggalang dana tambahan sebesar Rp. 312.837.000. Lebih banyak dari target awal yang ditetapkannya sebesar Rp. 300 juta untuk menyelesaikan film yang rilis pada 2012.
Pendanaan kolektif dari publik lewat internet ini bisa dilakukan lewat beberapa fasilitator online. Beberapa situs antara lain Kickstarter, Indiegogo, hingga GoFundMe, sukses mewujudkan mimpi dari sejumlah insan kreatif dari berbagai belahan dunia. Dari ranah nasional, situs KitaBisa dan Wujudkan juga berhasil memfasilitasi penggalangan dana bagi banyak pelaku industri kreatif tanah air.
Prinsip crowdfunding sederhana. Pemilik ide tinggal memaparkan proyek yang akan dilakukannya lengkap dengan target pendapatan dana. Biasanya pemilik ide juga menawarkan benefit khusus buat para donatur untuk setiap uang yang disumbangkan. Mirip seperti mengajukan proposal ke perusahaan, bedanya dalam metode crowdfunding masyarakat umumlah yang diminta partisipasinya.

Filmmaker yang telah wira-wiri di beberapa festifal film internasional, Tonny Trimarsanto,ikut bergerak menyelenggarakan crowdfunding untuk penggarapan film dokumenter terbarunya, Asu Gancet. Tonny sukses mengumpulkan donasi Rp. 10 juta dari target Rp. 9,5 juta lewat situs Wujudkan.
"Ini pertama kalinya saya terlibat crowdfunding. Selama ini saya bikin film pakai dana sendiri. Ternyata dalam waktu kurang dari dua bulan, saya sudah target," terang Tonny, saat dihubungi The Young.
Filmmaker yang berdomisili di Klaten ini mengungkapkan besaran donasi tersebut ia tetapkan 10% dari total biaya pembuatan filmnya. "Nggak semuanya saya dapat dari crowdfunding. Yang 90% saya usahakan mandiri dan berasal dari reward yang saya peroleh dari berbagai festifal film yang saya ikuti. Dana terkumpul digunakan untuk melanjutkan shooting film yang sudah 15% berjalan," jelasnya.
Dari 14 pewujud (penyumbang dana di Wujudkan) yang berkontribusi dalam filmnya, Tonny mengaku tidak mengenal semuanya.
Tnny menilai crowdfunding bisa dimanfaatkan filmmaker untuk menyokong proyek kreatifnya lewat jaringan yang lebih luas. "Ini bisa jadi cara untuk survive baru buat filmmaker. Tinggal pintar-pintar memanfaatkan jaringan yang ada," ujarnya.
Film Asu Gancet memotret perubahan sistem pertanian di Indonesia dari kacamata tiga nenek-nenek yang tinggal di desa Kadokan,Sukoharjo. Dulu pergantian musim tanam acapkali ditandai dengan permainan komposisi musik klasik berjudul Asu Gancet. Perubahan jaman yang diikuti laju kerusakan lingkungan yang kian masif membuat komposisi lawas ini kian jarang dimainkan.
Selain Tonny Trimarsanto, filmmaker lokal lain yang juga tergerak mengumpulkan dana lewat crowdfunding adalah Bani Nasution. Sineas muda ini mulai awal Juli lalu membuat film dokumenter kreatif yang berjudul Video Manten Setyowati. Pengumpulan dana donasi dilakukan lewat situs Wujudkan.
Produser film Video Manten Setyowati, Ika Wulandari, menuturkan keseluruhan biaya produksi filmnya mencapai Rp. 393.392.605. Dari total dana tersebut, ia membutuhkan dana segar mendesak senilai Rp. 20 juta untuk pengadaan alat dan produksi yang akan mulai digeber Agustus mendatang.
"Kami baru pertama kali ikut crowdfunding. Alasannya ada kebutuhan dana mendesak untuk produksi. Riset awal dari teman-teman sudah jalan," jelas Wulan saat ditemui di kawasan Kentingan, Jebres, Solo, Senin siang.
Selama enam hari proses pengumpulan dana kolektif berjalan, Wulan menjelaskan sudah ada satu penyumbang yang berkontribusi di proyek crowdfunding-nya. Meski belum mencapai target 100%, ia mengaku laman proyeknya telah dikunjungi 600 orang.
Film dokumenter kreatif Video Manten Setyowati menceritakan proses penyuntingan video perkawinan Peri Setyowati yang dianggap menentang dalam tradisi Islam.
Salah satu film Indonesia yang sukses dengan gerakan patungan ini adalah film drama besutan Mira Lesmana, Atambua 39 derajat Celcius. Lewat situs Wujudkan.com, Mira berhasil menggalang dana tambahan sebesar Rp. 312.837.000. Lebih banyak dari target awal yang ditetapkannya sebesar Rp. 300 juta untuk menyelesaikan film yang rilis pada 2012.
TIPS CROWDFUNDING FOR FILM
- DANA PANTANG JADI PENGHALANG
Motor penggerak karya menurut Tonny adalah IDE. Pelaku seni dan industri kreatif
menurutnya pantang bergantung pada modal kapital. "Ada atau tidaknya uang, karya harus
jalan terus," katanya.
- MEMANFAATKAN MEDIA SOSIAL
Salah satu daya krusial buat crowdfunding, menurut Tonny, adalah jaringan media sosial.
Modal tersebut berguna untuk melebarkan jaringan sosial. "Ketika kita aktif di media sosial,
paling tidak orang akan aware kalau kita ada,"
- TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Membuat karya dengan memanfaatkan crowdfunding, wajib memperhatikan tanggung jawab
sosial. Bukan berarti film madiri tidak, namun karya yang memanfaatkan dana publik memiliki
tanggung jawab yang lebih. "Ketika ada dana dari luar, berarti film ini harus pasti sampai ke
tangan yang tepat,"
PILIH-PILIH SITUS CROWDFUNDING
Mau mulai kampanye crowdfunding? Situs-situs dibawah ini bisa menjadi pilihan untuk memulai proyek. Tinggal siapkan proposal dan isi formulir yang tersedia, kemudian promosikan halaman crowdfunding ini.
Sampai saat ini Kickstarter.com adalah laman crowdfunding terbesar. Di situs ini, kalian bisa
memulai proyek dengan mengisi formulir dan menyetujui ketentuannya. Disediakan waktu yg
terbatas untuk pengumpulan dana. Bila target terpenuhi, seluruh uang dapat dicairkan dengan
potongan 5% untuk Kickstarter. Sebaliknya, bila gagal memenuhi target, uang yang di
sumbangkan donatur akan dikembalikan.
Indiegogo.com serupa dengan kickstarter. Bedanya Indiegogo lebih banyak didominasi
industri kreatif yang bergerak di jalur indie. Mulai dari game, film, desain hingga teknologi.
Sama dengan Kickstarter, ada pungutan 4% dari total pencapaian penggalangan dana. Tak ada
batas target untuk menarik uang di Indiegogo sehingga berapa pun uang yang diperoleh bisa di
simpan oleh pemilik ide.
Wujudkan.com ini adalah laman crowdfunding lokal. Jangkauannya tentu terbatas untuk
Indonesia. Ada batas target yang harus dicapai agar uang hasil petungan bisa ditarik. Bila tak
tercapai, dana yang terkumpul akan dikembalikan kepada para donatur. Tak hanya proyek seni
yang bisa diikutkan disini. Proyek sosial pun bisa didanai berombongan.
Laman ini bisa dibilang laman crowdfunding buat para seniman. Seniman grafis, musik,
hingga film bisa memamerkan karya sekaligus manggalang dana untuk mendukung proses
kreatif mereka. Nantinya karya seniman bisa dinikmati secara bebas. Para partisipan akan men
dapatkan layanan ekstra tergantung jumlah donasi yang diberikan.
Source: My Magazine
NB: Kalau mau copas or repost, sertakan active link untuk sumbernya ya
Berkreasi Lewat Cowdfunding
Label: #INFORMATION